A.
Biografi B.F. Skinner
Burrhus
Frederic skinner (B.F. Skinner) lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada
tanggal 20 Maret 1904. Ia merupakan anak pertama dari pasangan William Skinner
dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan seorang
politisi, sedangkan Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga. Skinner tumbuh
dalam suasana dan lingkungan yang nyaman, bahagia, dan dengan derajat ekonomi
keluarga menengah ke atas. Orang tuanya menerapkan nilai-nilai kesederhanaan,
kebaktian, kejujuran, dan kerja keras dalam menjalani kehidupan. Keluarga
skinner adalah orang-orang gereja, namun Freud (B.F skinner) pernah hampir
kehilangan kepercayaan terhadap agama ketika masih duduk di bangku sekolah
menengah. Dan kemudian ia tidak menjalankan atau mengikuti agama apapun.
Di
akhir tahun kegelapannya yang berlangsung selama 18 bulan, Skinner dihadapi
dengan permintaan untuk mencari pekerjaan baru. Psikologi pun memberinya
isyarat. Setelah membaca beberapa karya Watson dan Pavlov, ia memutuskan untuk
menjadi seorang behavioris. Ia pun tidak pernah ragu terhadap keputusannya
tersebut dan dengan kesungguhan hati menerjunkan dirinya ke dalam behaviorisme
radikal.
Pada
tahun, 1936, Skinner mulai mendapatkan posisi atau kedudukan pada pengajaran
dan penelitian di Universitas Minnesota. Sesaat setelah pindah ke Minneapolis,
ia memiliki seorang kekasih dengan masa pacaran yang pendek dan tidak menentu.
Hingga ia kemudian menikah dengan Yvonne Blue. Skinner mempunyai 2 orang anak,
yaitu Julie yang lahir pada tahun 1938 dan Deborah (Debbie) yang lahir pada
tahun 1944. Dalam tahun-tahunnya di Minnesota, Skinner menerbitkan buku
pertamanya yang berjudul The Behavior of
Organisms (1938).
Skinner
menjelaskan bahwa dua karakter yang ada dalam bukunya yaitu Farazier dan Burris
mewakili usaha atau percobaannya untuk menggabungkan dua aspek berbeda yang ada
dalam kepribadiannya sendiri. Buku Wolden
Two pun turut menjadi pembangun karier profesional Skinner. Tidak lama
kemudian ia mengurung diri untuk pembelajaran laboratorium terhadap tikus dan
burung dara, tapi kemudian ia terlibat atau dilibatkan dalam aplikasi analisis
tingkah laku terhadap teknologi pembentukan perilaku manusia dan mendapatkan
ungkapan filosofis dalam Beyond Freedom
and Dignity.
Pada
tahun 1948, Skinner kembali ke Harvard, dan melanjutkan eksperimen kecil
menggunakan burung dara. Tahun 1964, di usianya yang ke-60 tahun, Skinner
berhenti mengajar. 10 tahun kemudian, ia mengambil 2 program pendanaan karier
dari pemerintah pusat untuk masa 5 tahun, yang mengizinkan Skinner untuk
melanjutkan menulis dan memimpin penelitian. Ia pun berhenti menjadi profesor
psikologi pada tahun 1974. Setelah berhenti mengajar pada tahun 1964, Skinner menulis
beberapa buku penting mengenai tingkah laku manusia (human behavior) yang membantunya mendapatkan gelar sebagai America’s best-known living psychologist
.
Pada
tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal karena menderita leukimia. Satu
minggu sebelum kematiannya, Skinner mengirimkan pidato emosianalnya kepada
konvensi American Psychological
Association (APA) mengenai kelanjutan advokasinya tehadap behaviorisme
radikal. Dengan adanya konvesi ini, ia mendapat surat pujian pertama sebagai Outstanding lifetime Constribution to
Psychology. Dan Skinner adalah satu-satunya orang yang mendapat penghargaan
tersebut dalam sejarah APA.
B.
Konsep Teori Skinner
·
Skinner membedakan adanya
dua macam respons, yaitu:
a. Respondens Response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan
oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu,
yang disebut eleciting stimuli, menimbulkan renspons-renspons yang secara
relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya.
b. Operant respons (instrumental respons) yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat renspons yang telah dilakukan oleh
organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya
memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang
anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan
menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Perbedaan antara
operant conditioning dengan classical conditioning adalah bahwa pada classical,
terbentuknya suatu tingkah laku yang diharapkan tidak memerlukan adanya
reinforcer, karena stimulusnya sendiri sudah menimbulkan respons yang diharapkan.
Sedangkan pada operant conditioning, suatu respons atau tingkah laku dibuat
menjadi lebih kuat dengan memberikan reinforcer (stimulus yang memperkuat
renspons).
Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant
yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction.
Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah
penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut meningkat. Sedangkan
menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat dengan
stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat, maka
tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada
dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning)
·
Prinsip-prinsip belajar
menurut Skinner
Hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar yang
menghasilkan perubahan perilaku, yaitu:
A.Reinforcement
Reinfoecemen didefinisikan sebagai sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen.
Reinfoecemen didefinisikan sebagai sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada umumnya dapat menjadi reinforce bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen.
Secara umum
reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Dari segi jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcemen primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah reinforcemen berupa kebutuhan dasar manusia seperti, makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang diasosiakan dengan reinforcemen primer.
b) Dari segi bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu reinforcemen positif dan reinforcemen negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
c) Waktu pemberian reinforcement, keefektifan reinforcemen dalam perilaku tergantung pada berbagai factor, salah satu diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen,yaitu:
Fixed Ratioü Variabel- Ratioü Fixed Intervalü Variabel Intervalü
a) Dari segi jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcemen primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah reinforcemen berupa kebutuhan dasar manusia seperti, makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang diasosiakan dengan reinforcemen primer.
b) Dari segi bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu reinforcemen positif dan reinforcemen negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
c) Waktu pemberian reinforcement, keefektifan reinforcemen dalam perilaku tergantung pada berbagai factor, salah satu diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen,yaitu:
Fixed Ratioü Variabel- Ratioü Fixed Intervalü Variabel Intervalü
B.Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
C.Shaping
Istilah shaping digunakan dalam teori belajar behaviorisme untuk menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
1.Memilih tujuan yang ingin dicapai;
2.Mengetahui kesiapan belajar siswa;
3. Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa;
4. Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
Istilah shaping digunakan dalam teori belajar behaviorisme untuk menunjukkan pengajaran keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan atau perilaku tersebut dengan baik.
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
1.Memilih tujuan yang ingin dicapai;
2.Mengetahui kesiapan belajar siswa;
3. Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa;
4. Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
D.Extinction
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui proses perlahan-lahan. Biasanya ketika reinforcement ditarik atau dihentikan perilaku individu sering meningkat seketika.
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui proses perlahan-lahan. Biasanya ketika reinforcement ditarik atau dihentikan perilaku individu sering meningkat seketika.
E. Anteseden dan
perubahan perilaku
Dalam operant
conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk apakah sebuah perilaku akan
mendapatkan konsekuen yang positif atau negatif.
Menurut Skinner, untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, selain dengan memerhatikan konsekuen (consecuens), dapat juga digunakan anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana telah disebutkan seebelumnya, perilaku manusia seperti sebuah sandwich atau serangkaian antesedents-behavior-consequens (A-B-C). Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan prompting.
Menurut Skinner, untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, selain dengan memerhatikan konsekuen (consecuens), dapat juga digunakan anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana telah disebutkan seebelumnya, perilaku manusia seperti sebuah sandwich atau serangkaian antesedents-behavior-consequens (A-B-C). Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan prompting.
C.
Termasuk aliran psikologi apa skinner?
Menurut penjelasan teori B.F Skinner di atas dapat di ketahui bahwa skinner
termasuk dalam aliran psikologi behaviourisme, karena beberapa prinsip dalam
teori belajar behaviourisme, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary
Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5)
Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pandangan teori behavioristik
telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada,
teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan
teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon
yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses
belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman
dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir
dan berimajinasi.
D.
Penerapan teori B.F Skinner pada pendidikan
Dari
penjelasan terperinci diatas tentang operant conditioning dapat diambil
kesimpulan bahwa operant conditioning merupakan teori belajar yang menjelaskan
bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung
diulang-ulang. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
• Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada
unit-unit secara organis.
• Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
• Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar.
• Materi pelajaran digunakan sistem modul.
• Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
• Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan
aktivitas sendiri.
• Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
•Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan
untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
• Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
• Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
• Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis
kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
• Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
• Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah
laku operan.
• Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
• Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari
bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak
berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang
berbeda-beda. Tugas guru berat,administrasi kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi.
2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
http://aliranim.blogspot.com/2013/02/biografi-bf-skinner_100.html
http://10060ahmadfauji.blogspot.com/2012/10/aplikasi-teori-skinner-dalam-pendidikan.html
http://titisbarliani.blogspot.com/2013/04/teori-kepribadian-dan-tokoh-psikologi.html
http://frantyozorapsikologipendidikan.blogspot.com/2010/03/pengaplikasian-teori-belajar-skinner.html
http://vijaymorales.blogspot.com/2011/04/tokoh-tokoh-psikologi.html
No comments:
Post a Comment