Monday, October 19, 2015

Essay Filsafat Idea Plato





Menghindari Konsumerisme dengan
Menghayati Teori Plato
Ciri utama dalam filsafat plato adalah teori idea (atau bentuk) yang terus dikembangkannya selama hidupnya. Penjelasan terbaik bagi teori idea plato adalah penjelasan yang diberikan oleh plato sendiri. Singkatnya plato menjelaskan bahwa sebagian besar umat manusia seakan-akan hidup dalam sebuah gua yang remang-remang. Tubuh kita terantai, pandangan kita hanya bisa mengarah pada sebuah dinding. Sementara itu, sebuah perapian menyala-nyala di belakang kita. Pada dinding, kita lihat berbagai bayangan yang bergerak-gerak. Hanya bayang-bayang itulah yang kita lihat. Akibatnya, bayang-bayang itu kita anggap sebagai realitas. Satu-satunya cara melihat realitas sebenarnya adalah belajar mengalihkan pandangan dari gua beserta bayangan yang terdapat di sana, lalu keluar dari gua tersebut.
Dengan penjelasan yang lebih filosofis, plato mempercayai bahwa segala sesuatu yang kita indera di seputar kita , alas kaki, alat pengangkutan, pegawai, dan raja serta segala tetek bengek lain dalam kehidupan sehari-hari hanyalah kenampakan semata. Realitas yang sebenarnya adalah idea-idea atau bentuk-bentuk yang merupakan asal dari segala kenampakan itu.
Gagasan tentang dunia idea membawa kita pada etika plato. Dengan bantuan panca indera, kita hanya merasakan kebaikan semu dari dunia sekitar kita. Hanya dengan bantuan penalaran, barulah kita benar-benar menyadari idea universal kebaikan yang lebih luas. Dengan kerangka berpikir seperti itu, plato nampak lebih mementingkan moralitas pencerahan spiritual, ketimbang aturan-aturan perilaku yang berlaku khusus.
Dunia fisik yang kita rasakan dengan indera adalah suatu keadaan yang terus-menerus berubah. Sebaliknya, realitas universal idea-idea yang kita sadari dengan pikiran adalah sesuatu yang tak berubah dan bersifat abadi. Masing-masing bentuk seperti bulat, lelaki, warna, indah, dan sebagainya menyerupai semacam pola bagi objek tertentu di dunia. Dengan kata lain, objek tertentu di dunia hanyalah suatu salinan yang tidak sempurna dan selalu berubah.
Dunia idea yang universal memiliki suatu hirarki, dimulai dari bentuk-bentuk yang umum meningkat ke idea-idea abstrak yang langka, dan akhirnya memuncak pada idea kebaikan sebagai idea tertinggi. Apabila kita mencoba mengabaikan dunia di sekitar kita yang selalu berubah dan berkonsentrasi pada realitas idea-idea yang abadi, maka pemahaman kita mampu mendaki hirarki idea-idea untuk sampai pada suatu pemahaman mistik terhadap idea-idea keindahan, kebenaran, dan kebaikan tertinggi.
Konsumerisme adalah sebuah ideologi global baru. Konsumerisme merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan
Mereka yang menjadikan ke-konsumtif-annya sebagai gaya hidup adalah mereka yang secara tidak langsung menganut paham konsumerisme. Bagi banyak orang, konsumerisme seperti pemburuan prestasi. Konsumerisme bukan soal ada-tidaknya uang untuk shopping. Pun bukan soal laba besar yang dikeruk melalui permainan insting konsumen. Berapa dan apapun harganya, mereka yang menganut ideologi ini pasti akan membayarnya
Konsumerisme dengan teori plato dapat di katakan masih ada hubungannya satu sama lain. Seperti pernyataan di atas bahwa orang yang sudah terpengaruhi ideologi konsumerisme akan selalu menerapkan pola hidup konsumtif dalam kehidupannya dan orang yang sudah terjerumus ke dalam ideologi komsumerisme menurut teori plato bagaikan orang yang terbelenggu dalam gua dan tubuhnya terantai yang hanya bisa melihat ke arah pada sebuah dinding serta hanya bisa melihat bayangan dari orang-orang yang ada di belakangnya. Orang yang konsumtif mengira bahwa selama ini hidup yang ia jalani merupakan sebuah kenyataan. Sedangkan menurut teori idea plato, hidup dalam dunia indera ini hanya sebuah perwujudan dari alam idea, seperti bayangan yang ada di sebuah dinding gua.
Manusia yang konsumtif pada dasarnya ialah manusia yang sudah terjebak pada kompleksitas ragam komoditi yang hendak mereka konsumsi, karena mereka ingin di anggap keberadannya dan di akui ke eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi lingkungan tersebut. Kebutuhan untuk di terima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan mereka mengikuti berbagai atribut yang sedang populer, dengan berperilaku konsumtif. Seperti memakai barang-barang yang baru dan bermerk, memakai kendaraan ke sekolah, pergi ke tempat-tempat mewah untuk bersenang-senang.
Kalau kita kritis arus konsumerisme inilah yang menyebabkan pola hidup boros. Kita tidak lagi mengontrol produk tapi kitalah yang di kontrol dan di atur oleh produk-produk tadi, kita di hanyutkan dalam ekstasi konsumsi dan gaya hidup dalam masyarakat konsumer.
Semua yang ada di dunia ini seluruhnya sudah terkonsep dalam alam idea, namun perwujudannya di dunia indera ini berbeda-beda satu sama lain. Jika kita bisa menghayati teori plato bahwa pada dasarnya dunia inderawi yang dimana kita hidup adalah merupakan perwujudan alam idea dan bukan realita yang sebenarnya, selalu berubah-rubah serta tidak sempurna karena dunia ini hanya penampakan semata. Jika kita bisa melepaskan rantai yang membelenggu maka kita akan sadar dari sifat konsumerisme karena dunia indera ini hanya menghasilan kebahagiaan semu, dan berpaling ke alam idea yaitu meninggalkan semua sifat keduniawian dengan tidak konsumtif maka kita akan hidup sesuai dengan tuntunan alam idea, dan pada akhirnya akan mendapat sebuah kebahagiaan yang sejati, dimana jiwa akan kembali menyatu dengan alam idea, karena pada dasarnya jiwa ini berasal dari alam idea dan rindu akan alam idea.

No comments:

Post a Comment

DIARY 3

KASIH Kadang saya masih saja tak mengerti, perasaan apa yang ada dalam diri seorang manusia. Perasaan unik yang dapat menjadikan ia ...