Tuesday, April 14, 2020

DIARY 3


KASIH

Kadang saya masih saja tak mengerti, perasaan apa yang ada dalam diri seorang manusia. Perasaan unik yang dapat menjadikan ia berbuat melebihi batas kemampuannya untuk meraih sesuatu, ataupun hanya sekedar menjaganya. Perasaan yang diberi oleh yang Maha Kuasa, yang dengannya kehidupan ini menjadi sangat terasa indah. Perasaan yang membuat bahagia bagi setiap insan yang merasakaannya. 

Semenjak kita terlahir kedunia harusnya kita sudah bisa merasakan perasaan itu, yaitu kasih Tuhan kepada makhlukNya, dengan memberi segala kenikmatan di dunia tanpa harus kita membalasnya. Udara, air, beserta alam semesta merupakan salah satu bentuk kasih Tuhan kepada seluruh makhluknya tak terkecuali makhluk kecil yang baru lahir kedunia.

Kasih Tuhan sangat luas namun kasih manusia hanya terbatas, ia mudah mengasihi namun kadang pula mudah untuk membenci. Kasih ataupun cinta sangatlah unik, seperti uniknya virus yang sedang menjadi pandemic, tak kasat mata namun sangat pesat penyebarannya. Seharusnya, hal yang tak kasat mata seperti kasih kita sebarkan pula menjadi pandemic bagi dunia, bagi alam semesta beserta seisinya, sehingga tak akan ada lagi namanya saling membenci atau memusuhi.

Manusia semenjak ditiupkan ruh kejasadnya senantiasa membawa sifat kasih, namun sangat disayangkan di tengah perjalanan, sifat kasih pada ruh tertutup oleh kebisingan duniawi, keindahan dunia yang menutupi keindahan abadi kembali kepada sumber ruh. Kasihpun enggan, bahkan tak sudi untuk keluar dari hati.

Ia hati, tempat bersemayamnya kasih, tempat paling nyaman bagi kasih, hanya Dia yang bisa mengerti dan membolak-balikkan hati, manusia harusnya menyadari, dalam dirinya tertanam sifat Rabbani yang dengannya dapat mendamaikan dunia.

Seperti yang dikatakan dalam salah satu lagu Dewa 19, bahwa ada satu bagian dari manusia yang sangat peka apabila kamu menyentuhnya, maka sentuhlah hatinya, karena dengan menyentuhnya, sifat kasih didalamnya akan keluar dan terjadilah saling mengasihi, sesama manusia, sesama ciptaanNya, seluruh alam semesta akan diselimuti kasih bila kita bisa menyentuh hati,

Sayangnya kita tak tahu bagaimana cara menyentuh hati, karena ia terletak sangat tersembunyi dalam diri manusia, hanya denganNya kita bisa tahu dimana letaknya, hanya denganNya kita bisa tahu bagaimana menyentuhnya, hanya denganNya kita bisa tahu bagaimana menaklukkannya, maka dekatilah Dia agar mudah mengenali hati, hati kita, hati dia, mereka dan umat manusia sedunia.

Sampai saat ini saya pun masih belum mengerti perasaan apa yang ada dalam diri seorang manusia. Perasaan unik yang dapat menjadikan ia berbuat melebihi batas kemampuannya, apakah karena saya kurang dekat denganNya, apakah saya telah menjauh dariNya. Zat yang Maha Kuasa, yang menguasai hati manusia. Saya sangat penasaran bagaimana rasanya.

Pekalongan, 14/4/2020 : 11.37
Oem_Kh

Monday, April 13, 2020

DIARY 2


KACA SPION

Masa lalu, masa kini dan masa depan, setidaknya manusia akan mengalami ketiga masa itu, dengan beragam peristiwa dan berbagai pengalaman yang tentunya berbeda satu dengan lainnya. Ketiga masa itu sangat berhubungan, bahkan sangat erat hubungan mereka bagaikan siang dan malam, langit bumi, mendung hujan dan peristiwa lain yang erat kaitannya dengan sebab dan akibat. Masa lalu adalah masa kini yang telah lewat dan sebenarnya apakah ada masa kini, atau hanya ada dua masa, masa lalu dan masa depan. Karena pada hakikatnya masa kini hanya bertahan beberapa detik saja, karena ketika tiap detik yang kita lalui tentu tak akan bisa kita ulang dan sudah menjadi masa lalu kita, masa sedetik yang lalu, dua detik yang lalu, tiga detik, satu menit, satu jam, satu hari atau satu minggu bahkan beberapa bulan dan tahun yang lalu. Sehingga sebenarnya apakah cuma ada dua masa. Dan up to you mau berpandangan dua atau tiga itu tidak akan sedikit mengubah hidupmu.

Masa lalu mungkin bisa menjadi sebuah penyesalan ataupun menjadi sebuah kebagangaan. Tentu dengan bagaimana kita mempersepsikan apa yang telah terjadi, apabila itu sebuah kegagalan ketika kita memandangnya dengan pikiran yang positif maka ia akan menjadi sebuah motivasi, atau pembelajaran dan guru yang terbaik bagi kita seperti kata mutiara yang tertulis di buku tulis kiky “experient is the best teacher” yups guru terbaik itu adalah diri kalian, diri sendiri. Yaitu kita sendiri, yang bisa mengambil suatu pelajaran dari yang sudah  lalu agar menjadi dorongan lebih untuk melakukan yang terbaik ketika dimasa depan.

Sedangkan masa depan, tentu ini merupakan pertanyaan yang amat sulit untuk dipecahkan bagi setiap manusia, karena itu diluar batas kemampuannya. Tapi setidaknya Yang Maha Kuasa sedikit memberi bocoran akan masa depan seseorang, sayapun agak ragu apakah itu sebuah bocoran atau hanya agar manusia berbuat sebaik-baiknya agar lebih baik dikemudian hari. Yaitu bahwasanya Tuhan tidak akan mengubah suata kaum kecuali kaum itu mau merubahnya. Yups masa depan sangat erat kaitanya dengan masa lalu (kini). Dan panutan kita pun bersabda bahwa termasuk orang yang merugi apabila hari ini sama dengan hari lalu. Setidaknya kita sebagai manusia yang dibekali akal fikiran harus senatiasa membaca dan menghayati apa yang telah terjadi dan memperbaiki apabila itu buruk dan meningkatkan apabila itu suatu yang baik.

Pada intinya sebuah kaca spion itu bukan komponen utama dalam sebuah motor, namun kehadirannya untuk melihat apa yang ada dibelakang agar kita berjalan dengan baik dan hati-hati itu sangat diperlukan. Termasuk dalam dunia ini, maka seharusnya kita memasang kaca spion dalam setiap lini kehidupan kita, fungsinya tentu sama dengan kaca spion dalam sepeda motor yaitu agar kita menjalani kehidupan ini dengan memperhatikan masalalu agar kedapannya lebih baik lagi.

Tulisan ini sebenarnya sedikit dipengaruhi oleh dua film yang baru saya tonton, yangmana keduanya membahas tentang waktu, yang satu berkaitan dengan masa lalu, dan satunya masa depan.

Pekalongan, 13/04/2020 : 00.20
Oem_Kh

Sunday, April 12, 2020

DIARY 1


Antara Langit



Malam senin ini sangat terasa berbeda, berbeda dari malam-malam sebelumnya, malam ini sangat terasa sunyi, hening dan langit begitu cerahnya menampakkan keindahan yang selama ini tersembunyi.

Tersembunyi dari hingar bingar dunia yang semakin menutupi kebahagiaan yang sesungguhnya. Sekarang yang nampak oleh mata seakaan menjadi sebuah kebahagian bagi kita apabila dapat kita wujudkan, padahal semua itu hanya semu.

Semua terasa nyata seakaan nampak dengan indahnya, bagaikan surga di dunia ini. Entah mengapa oleh sebagian besar umat manusia sangat tergantung akan hal-hal yang semu. Oleh karena dia belum menemukan apa yang sesungguhnya atau karena keterbatasan kemampuannya dalam menghayati semua yang telah terjadi.

Sejatinya manusia akan menemukan sebuah kebahagiaan apabila telah nampak olehnya hakikat dunia itu sendiri, ketika dia sadar bahwa dunia ini hanyalah sebuah ilusi sebuah tipuan sebuah hal yang tak lebih hanya sebatas ciptaan.

Ciptaan yang maha Kuasa, yang menguasai alam dunia dan alam lainnya yang tak nampak oleh keterbatasan kita. Sekeras apapun kita memikirkan tentu tak akan bisa menembusnya bahkan menghampiri pun tak akan pernah bisa.

Dunia sedang tak baik untuk saat ini, dia menampakkan betapa besar kekuatan yang bisa membolak-balikkkan hati manusia, dunia sedang bersih-bersih saat ini membersihkan semua kotoran yang telah merusak tatanan yang sudah mestinya sesuai petunjuk dan arahan dari yang Empunya.

Tak tahu akan berapa lama semua ini terjadi, tapi yang jelas malam ini sungguh indah, langit begitu cerah, akupun kagum betapa indahnya bintang yang nunjauh disana tampak bersinar dan berkelip padaku ataupun kepada seluruh umat manusia, seakan menghibur kami yang sedang meratapi kehidupan  yang sangat fana ini.

Pekalongan, 13/04/2020 : 00.10
Oem_Kh

Monday, May 16, 2016

pendidikan

Didikan Guru Cerminan Masa Depan

            Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara sumber daya manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang berbeda hanyalah cara mendidik sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Hal yang terpenting namun sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah kejujuran. Bohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur? Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapatkan nilai bagus. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya, membiarkan siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang, dan perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya akan kemampuan siswanya.

            Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai perilaku jarang diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana mestinya? Rasanya nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan mencantumkan huruf A, B, atau C. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Apakah kita pernah mendengar syarat mendapat beasiswa adalah nilai kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan minimal B? Kita lebih sering mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai marematika, akutansi, geografi, fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75. Dengan giat, setiap siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa tersebut dihadapkan dengan guru yang pelit? Siswa tersebut akan berjuang mendapatkan nilai diatas 75 dengan menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang berpikir, “Belajar sampai malam belum tentu nilainya bagus, kalau open book, pasti jawabannya bagus dan peluang mendapat nilai bagus pun terbuka lebar.” Pernahkah kita membayangkan seorang guru memberikan nilai lebih dari nilai KKM baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak? Mungkin semua siswa tidak akan menghalalkan segala cara. Remedial terus menerus sampai mendapat nilai sesuai KKM tidak salah, tetapi memberikan 3 poin diatas nilai KKM sebagai nilai perjuangan remedial, apa salahnya?

            Seorang guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria penilaiannya. Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang siswa harus berjuang demi mendapat nilai darinya? Mungkin ada sebagian guru yang mengajarkan itu semua, tapi seorang siswa juga memperhitungkan kebiasaan guru tersebut. Jika guru itu malas membaca tugas para siswa dan hanya membubuhkan tanda tangan sebagai pengahargaan bagi usaha siswa mengerjakan tugas, para siswa juga cenderung mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan menyalinnya dari internet atau temannya tanpa mereka mengerti apa yang mereka salin. Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas tersebut? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti materi yang ditugaskan? Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin. Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh hingga mereka mengerti?

            Begitu sulit nilai yang harus kita kejar, begitu sulit nilai yang guru berikan pada kita, dan betapa sering kita kecewa akan nilai yang kita peroleh. Tidak jarang orang tua yang rela mengeluarkan uang agar anaknya mendapat nilai yang bagus dengan mengikuti tambahan. Dan tidak heran pula apabila guru mengadakan tambahan bagi siswanya. Tidak ada yang salah dengan guru yang memberikan tambahan pada siswanya, yang salah adalah seorang guru yang memberikan nilai lebih dan membocorkan soal dan jawaban ulangan pada siswa yang mengikuti tambahan dengannya. Sebenarnya tujuan guru memberikan tambahan untuk apa? Untuk mendapatkan uang atau membantu siswanya untuk lebih mengerti pelajaran? Tujuan siswa mengikuti tambahan itu untuk apa? Untuk mendapat nilai bagus atau lebih mengerti pelajaran. Kita dididik dengan cara yang salah, dan dengan cara yang salah pula kita akan membangun masa depan yang baik untuk diri kita sendiri tanpa mementingkan orang lain.

            Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru yang mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru yang membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci jawabannya kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja dengan membuat para siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan para guru mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan ada kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri dan menyia-nyiakan alat indra yang Tuhan kasih kepada kita.

            Kejujuran memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri sendiri dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang lain dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa ini karena semenjak bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk tidak jujur. Lihatlah, ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dan nilai yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan negara ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.

essay pergerakan mahasiswa

Reformulasi Arah Gerak Mahasiswa Sebagai Pelaku Perubahan Mewujudkan Negara Yang Berdaulat, Adil dan Makmur

Mahasiswa adalah individu yang sedang melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tugas pokok mahasiswa adalah untuk mendapatkan keahlian/ketrampilan berdasarkan suatu/sejumlah ilmu tertentu. 

Mahasiswa di era sekarang dituntut untuk bisa berperan aktif lebih banyak lagi dalam berbagai persoalan, terutama menyangkut pesoalan bangsa. Fungsi kontrol perlu ditunjukkan oleh mahasiswa. Karena peran mahasiswa sangat diharapkan oleh masyarakat, tak berlebihan jika banyak harapan yang dipikul oleh mahasiswa.

Seharusnya mahasiswa juga tidak cukup kalau hanya menjadi praktisi intelektual akademisi yang hanya duduk sambil mendengarkan dosen didalam forum perkuliahan, hanya berkutat pada dunia perkuliahan, lebih dari pada itu mahasiswa harusnya dituntut untuk berperan dalam agen perubahan (agent of change) dan “social control” yang terjadi di sekitarnya. 

Simbol kemahasiswaan yang melekat pada dirinya akan membawa ciri khas tersendiri untuk tampil di tengah-tengah masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam diri mahasiswa akan dilekatkan berbagai stigma. Piramida Maslow dalam posisi yang ideal dimana mahasiswa tersebut menjadi jembatan atas aspirasi dari kaum akar rumput (masyarakat bawah) dengan penentu kebijakan yaitu kaum elitis. Oleh karena itu, jelas bahwa keberadaan mahasiswa di sebuah perguruan tinggi mengemban tanggung jawab sosial dari masyarakat. 

Posisi seorang mahasiswa sangatlah strategis untuk dimanfaatkan, dimana mahasiswa mempunyai peluang untuk menjadi salah satu control power terhadap kebijakan-kebijakan kaum elitis dalam memberikan respon terhadap aspirasi masyakat awam. Sangat dipahami bahwa terkadang kebijakan elitis yang lahir tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Terhadap fenomena ini, mahasiswa harus muncul sebagai penjembatan dan berfungsi sebagai Social Control (control sosial), Agent Of Change (Insan Pembaharu/Perubahan), dan Change Of Development. Perlu di ingat bahwa tanggungjawab sosial mahasiwa dalam mengontrol berbagai kebijakan elitis bukan hanya pada aspek politis, akan tetapi lebih dari itu mahasiswa harus mampu mengakomodir dan memberikan respon secara general terhadap keseluruhan peraturan dalam berbagai aspek kehidupan.

Akan tetapi fenomena hari ini kehidupan mahasiswa cenderung berbalik arah dari kehidupan mahasiswa silam. Semangat mahasiswa yang dahulu menjadi senjata utama dalam mengawal pemerintah kini mulai luntur, setidaknya ada beberapa hal yang mempengaruhi hal itu. Pertama, pola pikir mahasiswa yang cenderung hedonis dan uforia. Kedua menjamurnya pemikiran pragmatis dalam diri mahasiswa dan ketiga sikap acuh terhadap kehidupan sosial yang semakin tergerus oleh nilai globalisasi.

Oleh sebab itu sudah saatnya mahasiswa membangun kembali kultur budaya spiritual, intelektual dan profesional serta mereformulasikan kembali arah gerak langkah setiap mahasiswa dalam mengembangkan dan mengamalkan Tri Darma perguruan tinggi untuk mewujudkan kehidupan sosial dan bernegara yang berdaulat, adil makmur.

Analisis terhadap STAIN Pekalongan

STAIN Pekalongan merupakan salah satu perguruan tinggi yang cukup dikenal oleh masyarakat Pekalongan dengan kampus Rahmatan lil ‘Alamin hal ini senada dengan visi STAIN Pekalongan yaitu "Pelopor Perguruan Tinggi Agama Islam Berbasis Riset Menuju Kampus Rahmatan Lil 'Alamin".
Namun ada beberapa lapisan masyarakat yang memberi arti singkatan STAIN dengan Sekolah Teori Agama Islam Negeri, mereka agaknya cukup benar jika melihat kondisi real mahasiswa yang dihasilkan maupun yang sedang mengampuh perkuliahan aktif.

Mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene adalah mahasiswa Islam belum bisa menerapkan ciri-ciri seorang muslim kedalam hati maupun raganya. Opini ini muncul memang berdasarkan fakta, mereka mempelajari teori-teori mengenai agama Islam namun sikap keagamaan mereka tidaklah sesuai dengan teori yang dipelajarinya.

Hal ini dilihat dari perilaku yang dimunculkan oleh para mahasiswa STAIN selama berada di kampus maupun di luar kampus, yang tidak menerapkan hadits “annadhofatu minal iman” dimana lingkungan sekitar STAIN masih saja terdapat sampah berserakan, kedisiplinan dari mahasiswa dan dosen masih kurang, tata cara pergaulan dengan yang bukan muhrim dan cara menutup aurat pun masih dinilai kuarang sesuai dengan nilai yang dimiliki seorang muslim.

Agaknya memang kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada mahasiswa ataupun pihak STAIN, namun setidaknya ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan Pertama ialah mengenai isi/materi perkuliahan yang ada, bisa dibilang ada beberapa makul yang hanya mengulangi pelajaran di SMA/MA seperti fiqih. Bukankah esensi yang dipelajari harus beda di tiap jenjang pendidikan. Dimana jenjang SD/MI tahap menghafal, SMP/MTs tahap disiplin, SMA/MA tahap hikmah, dan perguruan tinggi tahap filosofi, dan sedikit sekali mata kuliah yang menempatkan esensi filosofi kedalam silabusnya.

Kedua organisasi & sistem yang ada, jika dilihat dari jumlah mahasiswa tiap tahun semakin meningkat. Namun apakah kualitas mereka sudah dibilang sesuai? Ini menjadi pertanyaan besar selama ini, banyak diantara para mahasiswa yang tidak mencerminkan mahasiwa STAIN (Islam). Seharusnya ini diperhatikan karena sistem perekrutan calon mahasiswa sangat berperan penting dalam menentukan kualitas mahasiswa STAIN.

Ada juga sistem evaluasi yang ada, hal ini  agak aneh memang. Ketika ada banyak sekali lulusan yang mendapat nilai cumlaude bukan hanya puluhan melainkan ada ratusan. Apakah salah mereka mendapat cumlaude? Apakah sesuai mereka mendapatkan cumlaude? Banyak para mahasiwa mendapatkan nilai A dikarenakan banyak bertanya atau rajin masuk kelas, namun mereka yang mendapat nilai A rata-rata belum menguasai betul materi yang diajarkan. Apakah ini salah mahasiswa atau salah dosen?

Seharusnya mahasiswa itu lulus tepat waktu. Yaitu ketika mahasiswa sudah betul-betul menguasai program pendidikan yang dipilihnya dan sudah mencerminkan ahli dibidangnya. Bukan tepat waktu 4 tahun.

kampus rahmatan lil 'alamin

Titik Noda Kampus Rahamatan lil ‘Alamin

STAIN Pekalongan merupakan salah satu perguruan tinggi yang cukup dikenal oleh masyarakat Pekalongan dengan kampus Rahmatan lil ‘Alamin hal ini senada dengan visi STAIN Pekalongan yaitu "Pelopor Perguruan Tinggi Agama Islam Berbasis Riset Menuju Kampus Rahmatan Lil 'Alamin".

Namun ada beberapa lapisan masyarakat yang memberi arti singkatan STAIN dengan Sekolah Teori Agama Islam Negeri, mereka agaknya cukup benar jika melihat kondisi real mahasiswa yang dihasilkan maupun yang sedang mengampuh perkuliahan aktif.

Mahasiswa STAIN Pekalongan yang notabene adalah mahasiswa Islam belum bisa menerapkan ciri-ciri seorang muslim kedalam hati maupun raganya. Opini ini muncul memang berdasarkan fakta, mereka mempelajari teori-teori mengenai agama Islam namun sikap keagamaan mereka tidaklah sesuai dengan teori yang dipelajarinya.

Hal ini dilihat dari perilaku yang dimunculkan oleh para mahasiswa STAI N selama berada di kampus maupun di luar kampus, yang tidak menerapkan hadits “annadhofatu minal iman” dimana lingkungan sekitar STAIN masih saja terdapat sampah berserakan, kedisiplinan dari mahasiswa dan dosen masih kurang, tata cara pergaulan dengan yang bukan muhrim dan cara menutup aurat pun masih dinilai kuarang sesuai dengan nilai yang dimiliki seorang muslim.

Jika permasalahan tersebut muncul maka bisa dibilang ada unsur sebab musabab, maka dari itu muncul pertanyaan, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa yang salah dengan STAIN Pekalongan? Apa pula salah mahasiswa?

Agaknya memang kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada mahasiswa ataupun pihak STAIN, namun setidaknya ada dua titik pokok yang perlu diperhatikan lebih dalam yaitu, isi atau materi perkuliahan dan organisasi & sistem yang ada di STAIN.

Pertama ialah mengenai isi/materi perkuliahan yang ada, bisa dibilang ada beberapa makul yang hanya mengulangi pelajaran di SMA/MA seperti fiqih. Bukankah esensi yang dipelajari harus beda di tiap jenjang pendidikan. Dimana jenjang SD/MI tahap menghafal, SMP/MTs tahap disiplin, SMA/MA tahap hikmah, dan perguruan tinggi tahap filosofi, dan sedikit sekali mata kuliah yang menenpatkan esensi filosofi kedalam silabusnya.

Kemudian organisasi & sistem yang ada, jika dilihat dari jumlah mahasiswa tiap tahun semakin meningkat. Namun apakah kualitas mereka sudah dibilang sesuai? Ini menjadi pertanyaan besar selama ini, banyak diantara para mahasiswa yang tidak mencerminkan mahasiwa STAIN (Islam). Sebagai contoh, ketika ujian tilawah ibadah banyak diantara mereka yang tidak hafal juz ‘amma bahkan dari surat ad dhuha sampai an-nas pun masih banyak tajwid  yang salah dan rata-rata mereka mau menghafal karena ada ujian, dan seandainya tidak ada ujian tilawah mungkin sampai lulus pun tidak akan menghafalkan walaupun ia seorang lulusan STAIN. Seharusnya ini diperhatikan karena sistem perekrutan calon mahasiswa sangat berperan penting dalam menentukan kualitas mahasiswa STAIN.

Ada juga sistem sistem evaluasi yang ada, hal ini  agak aneh memang. Ketika ada banyak sekali lulusan yang mendapat nilai cumlaude bukan hanya puluhan melainkan ada ratusan. Apakah salah mereka mendapat cumlaude? Apakah sesuai mereka mendapatkan cumlaude? Banyak para mahasiwa mendapatkan nilai A dikarenakan banyak bertanya atau rajin masuk kelas, namun mereka yang mendapat nilai A rata-rata belum menguasai betul materi yang diajarkan. Apakah ini salah mahasiswa atau salah dosen?

Seharusnya mahasiswa itu lulus tepat waktu. Yaitu ketika mahasiswa sudah betul-betul menguasai program pendidikan yang dipilihnya dan sudah mencerminkan ahli dibidangnya. Bukan tepat waktu 4 tahun.

Thursday, February 11, 2016

Mahasiswa Kupu-kupu Vs Kura-kura

Mahasiswa merupakan seorang yang masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi, saking tingginya mereka mendapat julukan maha. Gelar ini hanya diberikan kepada para pencari ilmu di perguruan tinggi terkhusus di negara indonesia.
Hal ini karena mahasiswa tercatat dalam sejarah sebagai salah satu penggerak dan berjasa besar terhadap kemerdekaan, menebas PKI, bahkan menggulingkan rezim soeharto yang berkuasa selama 30 th. Peran yang dinilai sangat penting bagi kedaulatan rakyat dan dianggap sebagian masyarakat indonesia sebagai agen of change karena mereka dapat merubah keadaan dari dijajah menjadi merdeka.
Namun apakah gelar maha masih relevan pada zaman sekarang?. Maha merupakan gelar Tuhan karena berarti sebagai sifat tertinggi, apakah dengan memakai gelar tersebut dapat menyamai Tuhan?. Dan bagaimana kondisi mahasiswa sekarang, apakah masih pantas disebut agen of change?.
Zaman semakin berubah dari era kolonial menjadi kapital, dari tradisional menjadi modern, begitu pula dengan mahasiswa, mereka yang dulu sangat idealis kini sangat hedonis, dulu kritis sekarang oportunis, mereka yang dulu menyuarakan rakyat sekarang mereka bisu tak bersuara.
Beragam jenis spesies mahasiswapun sekarang mulai bermunculan, namun diantara banyak spesies, ada dua yang paling banyak populasinya, yaitu spesies kupu-kupu dan spesies kura-kura.
Spesies kupu-kupu sangat mendominasi dunia mahasiswa di indonesia, atau dalam artian kuliah pulang-kuliah pulang, kebanyakan mereka setelah menempuh perkuliahan langsung pulang atau dalam artian keluar dari lingkungan kampus walaupun entah mereka pulang ke rumah atau ke tempat yang lainnya.
Biasanya, setelah keluar dari ruang perkuliahan mereka langsung mejeng (duduk-duduk) di gazebo kampus atau warung sambil merokok (bagi laki-laki), mainan gagdet, atau sekadar ngobrolin hal-hal yang gak begitu jelas. Dan ketika sudah mulai bosan mereka pulang, entah pulang ke rumah ataupun ke tempat hiburan seperti rental PS, Mall, atau taman kota hanya digunakan untuk menghabiskan waktu bersama teman bahkan pacar.
Jika dilihat dari cara mereka berkuliah, bisa dikatakan bahwa tipe ini adalah spesies mahasiswa yang mungkin dari awal niat pendaftaran adalah coba-coba, dari pada nganggur, atau pingin habisin uang orang tua. Namun kita tidak boleh beranggapan negatif, kadangkala spesies ini bertingkah kuliah pulang karena setelah kuliah mereka ada urusan dirumah seperti bantu-bantu orang tua ataupun sudah bekerja, untuk biaya selama ia berkuliah dan ini patut diapresiasi.
Kemudian untuk spesies yang kedua adalah mahasiwa kura-kura, (kuliah rapat-kuliah rapat). Mereka adalah sekumpulan mahasiswa aktivis dengan berjuta kesibukan dan berbagai kegiatan. Bagi mereka, graha mahasiswa adalah rumah kedua karena tak jarang ditemukan mahasiswa yang menginap disana, alasannyapun sama, karena kegiatan sampai larut malam.
Mahasiswa kura-kura biasanya dalam perkuliahan sangat aktif bahkan menguasai jalannya diskusi dikarenakan kultur yang terbentuk dari ikut organisasi adalah munculnya softskill yang tidak dapat dipelajari dalam teori manapun, namun perlu dipraktekan secara langsung melalui berbagai kegiatan. Berbeda dengan spesies kupu-kupu yang selama perkuliahan berlangsung, mereka akan menjadi pendengar setia karena kurang terbiasanya untuk beragumentasi.
Perbedaan yang begitu nampak adalah ketika mereka keluar dari ruang perkuliahan, tempat yang dituju akan jelas berbeda, kupu-kupu akan terbang ke gazebo atau pulang sedangkan kura-kura melangkah ke graha untuk rapat.
Namun perlu diketahui, tak semua spesies kura-kura adalah mahasiswa luarbiasa, bahkan adapula beberapa ekor yang melenceng dari jalur semestinya, tujuan mereka berorganisasi bukan untuk meningkatkan kualiatas diri melainkan berhura-hura atau senang-senang belaka. Hal itu tampak ketika memasuki area graha, kadangkala yang terdengar adalah suara dangdut koplo dengan sound maksimal atau terlihat muda-mudi yang duduk berduan di surau (rumah gubuk) yang terdapat disana.

Memang di dunia ini tak ada yang sempurna melainkan Dia yang Maha Kuasa. Mahasiswa adalah sosok terpelajar yang masih dalam taraf belajar, mereka yang memilih menjadi spesies kupu-kupu atau kura-kura mungkin ada alasan tersendiri sesuai dengan keinginan hati. Namun perlu disadari mahasiswa adalah ujung tombak majunya negeri. Kalau saja mereka seenaknya sendiri masa depan bumi ini akan cepat mati, karena pemuda dan pemudi tak lagi berarti.

Monday, December 21, 2015

profil



PROFIL


Saya terlahir kedunia yang fana ini dengan nama Umar Khasan dan berjenis kelamin laki-laki melalui rahim seorang ibu bernama Asma’ul Afifah. Tepatnya pada tanggal 21 April 1995 di kelurahan Degayu, yaitu kelurahan paling pojok utara kota Pekalongan. Ayah saya bernama Saifuddin, kedua orang tua saya asli Pekalongan dan mereka juga asli orang Degayu atau bisa di bilang tetanggaan.
Saya merupakan anak kedua dari empat bersaudara, anak pertama atau kakak saya sekarang sudah bekerja di sebuah pabrik tekstil, kemudian anak ketiga atau adek saya sekarang masih menempuh perjuangan di pondok pesantren putri tambak beras untuk meneruskan study setelah lulus dari MTs Ribatul Muta’allimin (2015), dan anak paling akhir sekarang umurnya masih 1 th dan masih sangat imutnya dan perlu untuk dibimbing dan diarahkan menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, bangsa, negara dan agama. Dan semoga menjadi seorang ulama yang berintelektual. Aamiin
            Dari lahir sampai sekarang saya bertempat tinggal di Pekalongan, bahkan untuk menempuh pendidikan pun semuanya ada di dalam kota, mulai dari MI 01 Degayu (2007), SMP N 17 Pekalongan (2010), MA Ribatul Muta’allimin (2013) dan sekarang masih menempuh pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, dengan mengambil jurusan tarbiyah program pendidikan PAI.
            Selama berkuliah di STAIN Pekalongan saya mengikuti berbagai organisasi, dimulai pada semester awal saya mengikuti UKM Sport yaitu ikut kegiatan bela diri silat (PSHT), kemudian pada semester 2 saya mulai ikut organisasi ekstra kampus (HMI), dan pada semester 3 saya mendaftar sebagai anggota UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK Al Fattah), dan untuk diluar kampus saya juga mengikuti organisasi IPNU Ranting Degayu. Memang dalam mengikuti berbagai organisasi akan sangat sulit dalam hal membagi waktu, dan pada akhirnya yang menjadi prioritas akan selalu menjadi pilihan. Pada awal semester 3 saya mulai mengajar di TPQ Nurul Huda yang menjadikan saya berhenti berlatih silat. Dan semoga semua kegiatan yang saya ikuti dapat dinilai sebagai ibadah dan mendapat ridho Allah swt Aamiin.
            Hobi saya dari kecil adalah berolahraga, mulai dari sepakbola, bulutangkis, berenang (pantai, tambak), jogging dan hobi ini pula yang menjadikan saya mengikuti silat. Namun karena banyak agenda dan aktifitas menjadikan hobi ini jarang saya lakukan. Kemudian saya juga senang membaca buku, jalan-jalan, dan yang paling sering adalah main game.
            Mungkin sebatas itu yang dapat saya tuliskan karena tidak mungkin saya mengutarakan segalanya dalam tulisan ini, dan apabila masih mengenal dan butuh informasi dapat menghubungi saya melalui akun fb : oemar hasan atau twitter : umar khasan. Sekian dari saya apabila dalam penulisan ini ada hal-hal yang masih salah saya mohon maaf.
Terimakasih.

DIARY 3

KASIH Kadang saya masih saja tak mengerti, perasaan apa yang ada dalam diri seorang manusia. Perasaan unik yang dapat menjadikan ia ...